Banda Aceh – Pekan Kebudayaan Aceh (PKA) k-8 memasuki hari keempat sejak dibuka pada Sabtu (4/11/2023) malam. Event kebudayaan empat tahunan itu mengusung tema “Rempahkan Bumi, Pulihkan Dunia”.
Kabid Sejarah dan Nilai Budaya Disbudpar Aceh, Evi Mayasari mengatakan, hingga hari keempat, pelaksanaan PKA-8 berjalan dengan lancar sesuai jadwal yang ditetapkan oleh panitia. Sejumlah perlombaan masih berlangsung hingga Minggu (12/11/20233) mendatang.
“Pelaksanaan PKA berjalan lancar sesuai rundown yang sudah kita susun. Dan parpisipasi seluruh kab kota sangat antusias mengikutinya. Sudah ada beberapa pemenangnya,” kata Evi, Selasa (7/11/2023).
Ia menyebutkan, PKA ke-8 mengusung mengusung konsep “Go Green” sebagai upaya mendukung kelestarian lingkungan. Masyarakat yang mengunjungi Arena PKA diminta untuk membawa tumbler dan goodie bag. Panitia telah menyediakan air minum isi ulang di masing-masing anjungan dan area pameran.
Evi berharap masyarakat yang mengunjungi PKA untuk waspada dan jaga diri. Ia juga mengimbau pengunjung untuk tidak memakai perhiasan yang berlebihan dan uang dalam jumlah yang banyak.
“Sekarang kan ada QRIS dan kartu sebagainya. Pengunjung diimbau menjaga barang-barang penting dan tidak memakai perhiasan, sehingga tidak mengundang orang lain melakukan aksi kejahatan,” katanya.
Ia juga menyarankan masyarakat untuk mengunjungi PKA pada pagi hingga sore hari. Ini penting untuk menimalisir membludaknya pengunjung pada malam hari.
“Kalau bisa tidak pergi malam. Ada waktu pagi, siang hingga sore, jam 10 pagi kita sudah buka. Karena malam tingkat pengunjung lebih tinggi. Jadi kemungkinan copet lebih besar,” katanya.
Evi menambahkan bahwa rangkaian kegiatan PKA-8 masih banyak, seperti lomba fashion, lomba rakyat, festival kuliner, aneka ragam kenduri dan masih banyak lainnya.
“Anjungan-anjungan kita nilai sesuai dengan tema. Konten-konten yang ditetapkan panitia,” ungkap Evi.
Dalam kesempatan itu, Evi menjelaskan bahwa PKA kali ini dibagi dalam tiga lini masa. Kalau ingin melihat tentang sejarah rempah Aceh, maka bisa dilihat di anjungan-anjungan.
“Tapi kalau kita ingin melihat konteks perkembangan rempah itu bisa kita lihat di pameran ekonomi rempah di lapangan parkir. Jadi ada dua konsep pameran yang kita usung. Jadi masyarakat bisa mengikuti dua duanya,” jelas Evi.
Selain itu, tambah Evi, kabupaten/kota juga mendirikan stannya yang menampilkan potensi unggulan mereka. Di sini, setiap kabupaten/kota menampilkan produk tadisional.
“Masyarakat bisa ikut partisipasi degan atraksi-atraksi mereka lakukan, cara buat keukarah, dan lain-lain,” sebut Evi.
Hingga empat hari pelaksanaan PKA, kata Evi, antusiasme pengunjung sangat tinggi. Selain masyarakat lokal, event ini juga diikuti oleh pihak luar, baik dari Medan, Padang dan provinsi-provinsi lainnya.
Seyogyanya, kata Evi, PKA ke-8 juga diikuti oleh negara Jepang, India dan Malaysia. Namun, pengunduran event dari Agustus ke November membuat mereka batal ikut serta.
“India, Jepang, Malaysia itu datangnya saat pembukaan saja,” ujarnya. [*]