Banda Aceh—Pakar Hukum Universitas Syiah Kuala (USK), Mawardi Ismail, SH, M.Hum menjalani vaksinasi Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) di Rumah Sakit Umum Daerah dr Zainioel Abidin (RSUDZA) Banda Aceh, tanpa gejala Kejadian Ikutan Paska Imunisasi (KIPI). Bahkan intelektual Aceh umur 70 tahun itu tak merasakan vaksin Sinovac telah disuntikkan ke tubuhnya.
Hal tersebut disampaikan Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Aceh, Saifullah Abdulgani (SAG) kepada awak media usai memantau pelaksanaan vaksinasi bagi peserta lanjut usia (Lansia) di RSUDZA Banda Aceh, Rabu (24/3/2021).
“Pak Mawardi mengaku tidak merasa nyeri saat disuntik. Beliau malah bertanya kepada vaksinatornya, ‘Apa sudah selesai disuntik?’,” kata SAG meniru Mawardi Ismail.
Ia menceritakan, Mawardi tiba di RSUDZA sekira pukul 10.30 Wib. Setelah istirahat sejenak di bangku antrian, Mawardi dipanggil petugas untuk verifikasi data penerima vaksinasi Lansia dengan menunjukkan nomor tiket elektronik (e-ticket) di meja 1. Kemudian Mawardi pindah ke meja 2 untuk diperiksa kondisi kesehatannya, komorbid, pemeriksaan suhu tubuh, dan tekanan darahnya.
Petugas kesehatan menyimpulkan kondisi kesehatan Mawardi cukup prima untuk menerima vaksinasi Covid-19 dosis I di meja 3. Vaksinator di meja 3, Nurisa, S.Tr.Keb mempersilahkan Mawardi duduk di kursi yang disediakan dalam posisi yang nyaman. Nurisa mengajak Mawardi bincang-bincang sambil mempersiapkan penyuntikannya, dan sejurus kemudian vaksin Sinovak itu pun menyelinap ke tubuh Mawardi melalui lengan kiri atas (bahu)-nya.
Selanjutnya, Bidan Nurisa mengantar Mawardi ke meja 4 dengan secarik memo. Petugas di meja 4 menginput data jenis dan nomor batch vaksin yang baru saja disuntikkan kepada Mawardi ke dalam aplikasi Pcare Vaksinasi. Sambil menunggu proses Kartu Vaksinasi, Mawardi diminta istirahat di ruang observasi KIPI selama 30 menit.
SAG mengatakan, di ruang observasi Mawardi bergabung dengan sejumlah penerima vaksinasi yang juga sedang diobservasi KIPI. KIPI merupakan kejadian medik yang diduga berhubungan dengan vaksinasi. Kejadian ini dapat berupa reaksi vaksin, reaksi kecemasan, atau reaksi lainnya. Reaksi KIPI seperti nyeri, kemerahan, atau bengkak pada tempat suntikan, demam, nyeri otot, alergi, atau sakit kepala.
Waktu 30 menit berlalu. Peserta vaksinasi dan Mawardi Ismail mengaku tidak merasakan gejala apa pun. Akademisi yang masih tetap energik pada usia 70 tahun lebih itu pun diizinkan meninggalkan RSUDZA usai menerima Kartu Vaksinasi Dosis I. Mawardi dan peserta vaksinasi kelompok Lansia lainnya diminta kembali ke RSUDZA 28 hari kemudian untuk menerima dosis II vaksin yang sama.
Mawardi mengaku kecewa terhadap aneka informasi palsu (hoax) tentang Covid-19 dan dampak vaksinasi yang beredar luas di media sosial. Berita sesat itu berpengaruh bagi orang tertentu sehingga tak mau divaksin. Akibatnya, kekebalan kelompok (herd immunity) sulit dicapai. Mawardi mau berbagi pengalamannya divaksinasi Covid-19 sebagai upaya “melawan” hoax, dan semua orang dan Lansia tidak cemas dan bersedia divaksinasi.
“Silahkan dipublikasikan sebagai informasi, semoga bermanfaat bagi orang lain,” ujar Mawardi kepada Jubir Covid-19 Aceh itu.
Progres vaksinasi
Selanjutnya, Juru Bicara Pemerintah Aceh itu melaporkan progres vaksinasi yang sedang berlangsung di Aceh, hingga per tanggal 23 Maret 2021. Progres vaksinasi petugas pelayanan publik meningkat dari 22.720 orang kemarin menjadi 27.845 orang, dan vaksinasi lansia dari 457 orang menjadi 632 orang. Sasaran vaksinasi Covid-19 pelayanan publik di Aceh sebanyak 478.489 orang, dan Lansia sebanyak 435.651 orang.
Selanjutnya SAG melaporkan progres vaksinasi tenaga kesehatan (Nakes). Nakes yang sudah vaksin dosis I mencapai 55.944 orang, atau sekitar 99,1 persen dari sasaran yang sebanyak 56.472 orang. Sementara Nakes yang sudah mendapat vaksin II sudah mencapai 47.715 orang atau sekitar 84,5 persen dari target. Vaksinasi Nakes sudah dimulai sejak 15 Januari 2021.
Kasus Covid-19
Selanjutnya, SAG mengabarkan kondisi terakhir penanganan Pandemi Covid-19 di Aceh, per tanggal 23 Maret 2021. Secara akumulatif, kasus Covid-19 di Aceh sudah tercatat sebanyak 9.791 kasus/orang. Para penyintas yang sudah sembuh sebanyak 8.006 orang. Penderita dalam perawatan sebanyak 1.396 orang, dan kasus meninggal dunia sebanyak 389 orang.
Ada penambahan 13 kasus baru terkonfirmasi positif terinfeksi virus corona. Para penderita Covid-19 tersebut terdiri dari warga Kota Lhokseumawe sebanyak enam orang, Banda Aceh sebanyak tiga orang, Aceh Besar dua orang, dan dua orang lainnya warga Kabupaten Pidie.
Sementara itu, penderita Covid-19 yang meninggal dunia bertambah sebanyak dua orang, masing-masing satu orang warga Kota Lhokseumawe dan warga Kabupaten Aceh Tenggara.
“Korban meninggal dunia tidak bertambah, sehingga menjadi 389 orang, sejak kasus Covid-19 masuk ke Aceh,” tambah SAG.
Sementara kasus-kasus probable secara akumulatif sebanyak 672 orang, yang meliputi 602 orang sudah selesai isolasi, 12 orang sedang isolasi di rumah sakit, dan 58 orang meninggal dunia. Kasus probable merupakan kasus-kasus yang menunjukkan indikasi kuat sebagai Covid-19, urai SAG.
Sedangkan kasus suspek secara akumulatif tercatat sebanyak 7.093 orang. Suspek yang telah selesai melakukan isolasi sebanyak 6.976 orang, sedang isolasi di rumah sebanyak 74 orang, dan sebanyak 43 orang sedang menjalani isolasi di rumah sakit, tutup SAG.[R]