Beranda Headline Aceh Besar Berencana Atur Musim Tanam untuk Petani di Wilayah Tadah hujan

Aceh Besar Berencana Atur Musim Tanam untuk Petani di Wilayah Tadah hujan

Aceh Besar – Pemerintah Kabupaten Aceh Besar melalui Dinas Pertanian akan mengatur jadwal tanam padi untuk para petani di kabupaten tersebut. Hal ini untuk mencegah terjadinya kekeringan yang menyebabkan gagal panen.

“Mungkin kita atur musim tanam, misalnya mulai hujan bulan berapa, kita sesuaikan dengan mulai tanam. Misalnya, kebiasaan turun hujan itu di bulan berapa, sekarang kemarau, seharusnya kita tanam lebih kurang sekitar 1 bulan sebelum ini, harusnya sekarang sudah panenlah,” kata Kepala Dinas Pertanian Aceh Besar, Jafar, Sabtu (27/02/2021).

Kata Jafar, agar hal tersebut berjalan maksimal, pihaknya juga berharap peran aktif penyuluh dalam memberi edukasi kepada masyarakat. Menurut Jafar, selama ini penyuluh pertanian telah berupaya maksimal untuk para petani di kabupaten itu.

“Penyuluh selama ini pro aktif memang di lapangan,” kata Jafar.

Jafar menyampaikan, apabila belajar dari pengalaman 2019 silam, sebanyak 3500 hektare tanaman padi di Aceh Besar gagal panen akibat kekeringan. Penyebabnya juga sama, yakni kemarau panjang.

Ia berharap, hal tersebut tak terulang pada tahun ini. Itu sebabnya, pemerintah sedang berupaya agar para petani itu bisa memanfaatkan air sungai untuk kebutuhan tanamannya.

“Mudah-mudahan tahun ini tidak sampailah gagal panen. Kita berharap masyarakat bisa memanfaatkan sumber air yang ada,” kata dia.

Diberitakan sebelumnya, sebanyak 800 hektare lebih sawah di Kabupaten Aceh Besar mengalami kekeringan akibat kemarau panjang. Pemerintah kabupaten setempat sedang mencari solusi agar tidak terjadi gagal panen.

Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Aceh Besar, Jafar mengungkapkan, 800 hektare sawah itu tersebar di Kecamatan Kuta Cot Glie. Selain itu, kekeringan juga terjadi di Kecamatan Seulimum dan Baitussalam.

“Ada di kecamatan-kecamatan lainnya yang nampaknya akan mengalami kekeringan, tetapi tidak separah di Kuta Cot Glie. 800 hektare khusus di Kuta Cot Glie, sementara di Seulimum ada sekitar 20 hektare,” sebut Jafar saat dihubungi, Sabtu (27/2/2021).

Ia menjelaskan, di lokasi kekeringan tersebut tak memiliki irigasi yang dapat dialiri air sungai. Selama ini, petani bercocok tanam memanfaatkan air hujan. Sehingga, katanya, saat kemarau panjang, sawah mengalami kekeringan.

“Mereka (petani) bercocok tanam hanya berharap air hujan,” jelasnya. (R)