Beranda Daerah Safrina Salim, Perempuan Pertama Kepala BKKBN Aceh

Safrina Salim, Perempuan Pertama Kepala BKKBN Aceh

Penjabat (Pj) Gubernur Aceh, Achmad Marzuki mengukuhkan Safrina Salim, SKM, M.Kes sebagai Kepala Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Aceh, Senin (11/9/2023) di Pendopo Gubernur setempat.(Foto/Humas BKKBN Aceh).

Banda Aceh – Kembali ke tanah kelahirannya dan diamanahkan memimpin Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Aceh, suatu kado istimewa bagi perempuan kelahiran, Blangpidie, Aceh Barat Daya 16 Maret 1967.

Mantan Direktur Kesehatan Reproduksi BKKBN pusat, Safrina Salim, SKM, M.Kes, dilantik oleh Kepala BKKBN RI, Dr (HC) dr. Hasto Wardoyo, SpOG (K) di Jakarta, pada September 2023 lalu dan dikukuhkan oleh Penjabat (Pj) Gubernur Aceh, Achmad Marzuki pada, Senin (11/9/2023) di Pendopo Gubernur, setelah 10 hari melaksanakan tanggung jawab baru sebagai Kepala Perwakilan BKKBN Aceh.

Ibu dari tiga orang anak ini, memulai debut karirnya sebagai Pegawai Negeri Sipil pada 1989 lalu sebagai petugas di Balai Kesehatan Ibu dan Anak Langsa (saat itu Langsa masih menjadi bagian dari Kabupaten Aceh Timur). Beberapa tahun kemudian, Kaper BKKBN Aceh ke-12 ini, Safrina Salim, pindah tugas ke Puskesmas Langsa Barat sebagai bidan.

Pada 2004, Aceh Timur dimekarkan dan Langsa berdiri sendiri dengan status Pemerintah Kota (Pemko), Safrina Salim menjadi PNS Dinas Kesehatan Kota Langsa. Ia diberi jabatan sebagai Kasi Kesehatan Masyarakat (Kesma) pada Dinas Kesehatan (Dinkes) Langsa. Empat tahun kemudian, 2008, Safrina dipromosikan menjadi Kabid Kesehatan Keluarga (Kesga) pada dinas yang sama. Karier Safrina terus melejit hingga akhirnya menjadi kepala dinas.

Pada 2013, Wali Kota Langsa, Usman Abdullah SE, melantik Safrina Salim sebagai Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk, dan Keluarga Berencana (DP3A Dalduk dan KB) setempat. Kemudian pada Juli 2020, mengikuti open biding di BKKBN Pusat dan pada Agustus 2020, dilantik sebagai Direktur Balnak (Balita dan Anak).

Sementara soal riwayat pendidikan yang ditempuhnya, Safrina Salim menamatkan sekolah Perawat Kesehatan (SPK) di Meulaboh, Aceh Barat, dan kemudian melanjutkan ke DIII-Kebidanan di Banda Aceh. Lalu, ia melanjutkan studi ke S1 Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) dan S2 di Universitas Sumatera Utara (USU).

“Saya sangat berharap ke depannya, program Bangga Kencana dan Percepatan Penurunan Stunting di Aceh dapat mewujudkan keluarga berkualitas, sejahtera, dan harmonis serta BKKBN mempersiapkan sumber daya manusia Aceh yang unggul dan berdaya saing,” tuturnya.

Lanjutnya, dapat mewujudkan Aceh Hebat dengan anak dan remaja yang sehat, tumbuh kembang seimbang dan berkualitas serta berkarakter. Ia juga berharap anak-anak Aceh terbebas dari stunting. Sehingga sanggup bersaing dan bersanding di nasional maupun internasional.

“Banyak permasalahan kependudukan sedang kita hadapi, soal kenakalan remaja, angka kematian ibu, angka kematian anak, pernikahan anak, angka perceraian, stunting dan kemiskinan ekstrim. BKKBN tidak bisa bekerja sendiri, perlu bersama dengan kepala daerah, stakeholder, dan mitra kerja, bersinergi, koordinasi, dan berkolaborasi, menyelesaikan persoalan itu semua,” kata Safrina Salim.

Di hari pertamanya berkantor, ia melaksanakan rapat internal dengak ketua Pokja. Hari kedua dan seterus, bersilaturrahim dan melakukan pertemuan khusus dengan kepala dinas, lembaga, perguruan tinggi, Ketua PKK, dan Forum GenRe Aceh. Guna menyampaikan arah kebijakan Program Bangga Kencana dan Percepatan Penurunan Stunting Sesuai Kepres Nomor 72 Tahun 2021 tentang RAN PASTI (Rencana Aksi Percepatan dan Penurunan Stunting).

Ketika ditanya terkait remaja, Safrina Salim, menyebutkan, pada 2021, angka kelahiran remaja yang tergambar dalam angka rata-rata kesuburan usia spesifik (ASFR) pada perempuan berusia 15-19 tahun mencapai 20,49 per 1.000 Wanita Usia Subur (WUS), namun pada 2022 angka ASFR naik menjadi 26,64 per 1.000 WUS.

“Penyebab angka ASFR terus naik salah satunya karena akses informasi di media sosial yang semakin pesat dan kerap dijadikan sebagai wadah edukatif, informatif, serta inspiratif, dan tempat mencari hiburan yang mengarah pada unsur negatif,” paparnya.

Safrina menyebutkan, Sensus Penduduk tahun 2020, diketahui jumlah remaja usia 10-24 tahun sudah mencapai sebesar 24 persen atau 67 juta jiwa dari total penduduk di Indonesia.(*)