Scroll untuk baca artikel
Baitul Mal Infak
Headline

Opini : Refleksi Di Penghujung Ramadhan

×

Opini : Refleksi Di Penghujung Ramadhan

Share this article
Dr. Muhammad Syarif, S.Pd.I, MA.

Oleh: Dr. Muhammad Syarif, S.Pd.I, MA (Pengurus DPP ISAD Aceh | Dosen FAI Universitas Serambi Mekkah).

Bulan Ramadhan 1444 H akan segera meninggalkan kita yang hampir satu bulan melalui perintah Puasa Ramadhan telah mendidik umat Islam menjadi manusia yang memiliki karakter muttaqin (laallakum tattaquun), inilah tujuan luhur pelaksanaan puasa Ramadhan yaitu terbentuknya kepribadian manusia muslim seutuhnya yang dilandasi Iman dan Taqwa.

Puasa sebagai satu kewajiban bagi umat Islam merupakan perpaduan antara penghayatan kehidupan spiritual dan sosial bersifat tahunan yang mengandung makna instrospeksi kemanusiaan secara menyeluruh. Melalui ibadah puasa dan amaliyah Ramadhan lainnya, diharapkan seorang muslim mampu melakukan instrospeksi, evaluasi terhadap diri sendiri agar tetap dapat memegang teguh prinsip dalam beragama dan senantiasa istiqamah dalam mentaatinya.

Namun ketika menjelang akhir Ramadhan, tentunya kita harus bertanya kepada diri kita masing-masing, akankah kebiasaan positif selama Ramadhan tetap dipertahankan dan istiqamah dengan semua itu atau sebaliknya, pasca Ramadhan kita akan kembali meninggalkan masjid, meletakkan kembali al-Qur’an dan tidak membacanya apalagi mengamalkan isinya, dan meninggalkan amalan positif lainnya yang selama ini kita lakukan di bulan Ramadhan.

Nabi Muhammad SAW mengingatkan kita di hari-hari terakhir Ramadhan, sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Jabir ra: “Ketika datang akhir malam bulan Ramadhan, langit dan bumi serta para malaikat menangis karena merupakan musibah bagi umat Nabi Muhammad SAW. Sahabat bertanya: Wahai Rasulullah, musibah apakah itu? Rasulullah menjawab: lenyaplah bulan Ramadhan karena sesungguhnya doa-doa di bulan Ramadhan dikabulkan, dan sedekah diterima, kebaikan dilipat gandakan, dan adzab ditolak.”

Selama bulan Ramadhan, seluruh kaum muslimin yang beriman telah dididik sedemikian rupa untuk memegang prinsip kejujuran, tanggung jawab serta kepekaan sosial terhadap sesama manusia muslim dan pembiasaaan pembiasaan positif lainnya seperti shalat berjama’ah, membaca al-Qur’an, mampu mengendalikan diri dan hawa nafsu dan tidak melakukan ghibah serta perbuatan perbuatan positif lainnya yang diperintahkan oleh Allah SWT dan di ajarkan Rasulullah SAW.

Berhubung dengan momentum akhir puasa Ramadhan dan jelang Idul Fitri 1444 Hijriyah, semua insan beriman yang menunaikan puasa dan ibadah-ibadah lainnya dapat berefleksi diri, apakah semakin bertaqwa sebagaimana tujuan utama berpuasa? Taqwa dalam makna mendalam yakni menjadikan diri sebagai insan yang menjalankan perintah-perintah Allah dan menjauhi larangan-larangan-Nya, membuahkan pencerahan jiwa, pikiran, sikap, ujaran, dan tindakan yang serba utama dalam bingkai akhlak mulia (al-akhlaq al-karimah) dan melahirkan rahmat bagi semesta (rahmatan lil-alamin) kapan dan dimanapun berada.

Karenanya mari di ujung bulan Ramadhan setiap muslim meneguhkan diri sebagai insan bertaqwa dengan mengimplementasikan nilai-nilai Ramadhan diantaranya sebagai berikut:

Mengoptimalkan hari-hari terakhir Ramadhan untuk semakin menguatkan komitmen diri dalam berpuasa ke tingkat otentik dari segala nafsu duniawi ke puncak tauhid yang tinggi serta menjalankan segala ibadah lainnya sehingga meraih predikat sebagai insan bertaqwa. Menjadi insan yang kian dekat kepada Allah (habluminallah) serta berbuat ihsan dan amal shaleh dalam interaksi dengan sesama manusia (habluminannas). Intinya menjadi insan yang shaleh lahir dan batin, individu dan kolektif, menunjukkan uswahtun hasanah, dan menebar rahmatan lil-alamin.

Umat Islam yang berhasil dalam puasanya tentu harus mampu menunjukkan kebajikan individual dan kolektif yang membuahkan kesalehan. Sebagai wujud aktualisasi puasa dalam perilaku taqwa yang berbuah kebajikan utama (ihsan), umat Islam pasca Ramadhan penting untuk memelopori gerakan kesalehan di ruang publik. Tunjukkan perilaku ihsan sebagai segala bentuk kebajikan dalam seluruh interaksi sosial muslim baik dengan sesama muslim maupun dengan umat beragama dan warga negara yang menebar rahmat bagi semesta.

Setiap insan mengimplementasikan spirit taqwa, imsak, dan itikaf dalam bermedia sosial dengan menjadikan interaksi sosial digital sebagai sarana silaturahim, taaruf, taawun dan dakwah yang mencerahkan. Melalui medsos sebarkan pesan-pesan kebenaran, kebaikan, kedamaian, kepantasan, persaudaraan, persatuan, ukhuwah dan segala pesan-pesan luhur dan mulia yang melahirkan peradaban utama di ruang publik. Seraya menjauhkan dan tidak menjadikan media sosial sebagai sarana menyebar hoaks, silang sengketa, kebencian, permusuhan, amarah, dendam, ujaran-ujaran buruk, fitnah, tajassus (mencari-cari kesalahan orang), ghibah atau menggunjing, memberi label-label buruk, dan segala hal buruk yang dikembangkan menjadi lumrah dan tanpa tabayun.

Mewujudkan kesalehan dan ihsan dalam berbangsa dan bernegara dengan memupuk suasana kehidupan yang aman, damai, adil, selamat, toleran, ukhuwah, dan segala hal yang positif sebagai aktualisasi taqwa. Menegakkan peradaban mulia dalam kehidupan berbangsa serta menjauhkan segala hal negatif yang menyebabkan hilangnya ketenteraman, keutuhan, dan persatuan bangsa. Tradisi mudik, silaturahmi, dan saling memaafkan dapat dijadikan energi positif ruhani dan modal sosial yang mengikat kebersamaan dalam kekeluargaan dan kebangsaan.

Semoga Allah SWT akan senantiasa memberikan hidayah dan inayah-Nya kepada kita semua untuk terus dapat memegang teguh prinsip dalam menjalankan perintah dan meninggalkan larangan Allah serta mengikuti sunnah Rasulullah. Semoga kedepan dengan akan segera berakhirnya Ramadhan, dapat menjadikan keimanan dan ketaqwaan dalam diri kita lebih baik dan sempurna. Amiin ya Rabbal alamiin. (*)

Baitul Mal Infak