Aceh Besar- Kabid Penyuluhan Pertanian Aceh Besar, Fahrizal SP mengatakan, pihaknya akan terus memberikan penyuluhan serta membina para petani serta kelompok terkait turun sawah rendangan.
“Memang sudah tugas dan kewajiban kita untuk sosialisasi, pembina dan penyuluhan terhadap kelompok tani di tingkat desa,” kata Fahrizal saat ditemui di Aceh Besar.
Fahrizal menjelaskan, dalam hal turun sawah rendengan yang telah direncanakan Pemerintah Aceh Besar, dirinya meyakini akan tercapainya sebuah keberhasilan.
“Beberapa tahun lalu itu bisa mencapai 80 persen, insyaallah akan baik hasil panennya, karena data curah hujan masuk Oktober hingga Desember itu memang sudah musim penghujan,” ujarnya.
Ia menyampaikan, dalam masa pandemi COVID-19 ini, sebenarnya petani membutuhkan pupuk, benih, dan pengolahan tanah serta hal lainnya di lapangan. Namun disisi lain, masalah penting yang harus diperhatikan adalah ketersediaan air.
“Ketika air itu ada, saluran irigasi nya bagus, InsyaAllah petani itu untuk tingkat benih, pupuk dia sudah mampu,” ucapnya.
Tetapi sangat disayangkan jika nantinya ketika petani sudah memiliki semua kebutuhan pupuk dan bibit, namun penyaluran airnya tidak bagus atau saluran irigasi tersumbat dan banjir akhir tahun, maka dapat berdampak berat terhadap tanaman para petani.
“Tetapi bagaimanapun tugas kita para penyuluh, tetap harus selalu berusaha bagaimana meningkatkan taraf hidup petani serta pendapatan mereka,” imbuh Fahrizal.
Selaku penyuluh, Fahrizal mengaku kewalahan mengatasi persoalan saluran irigasi, karena itu diharapkan adanya peran dari pemerintah bersama dinas terkait lainn untuk berkonsentrasi dulu terhadap pembangunan irigasi.
Di Aceh Besar, kata Fahrizal, saluran irigasi atau bendungan itu masih menjadi kewenangan pemerintah pusat dan provinsi. Sementara kabupaten hanya 30 persen dari irigasi yang ada di Aceh Besar tersebut.
Fahrizal menegaskan, meskipun memiliki banyak kendala di lapangan, pihaknya sangat terbantu dengan responsif dari masyarakat desa. Dimana, mereka langsung memperbaiki sendiri dengan dana swadaya jika terdapat masalah.
“Dari masyarakat desa langsung merehab sendiri dengan dana swadaya, baik kelompok tani dan juga ada petani yang menganggap ini penting,” ujarnya.
“Juga dibantu pakai dana desa untuk membuat saluran kecil. Mengingat saluran induknya itu sepenuhnya hak PUPR, kabupaten dan pusat,” sambung Fahrizal.
Terkait gagal panen 2019 lalu, Fahrizal melihat hal itu murni disebabkan karena faktor alam. Meskipun telah diprediksi akan ada hujan, bisa saja tetap terjadi kekeringan.
“Dalam hal ini prediksi kita misal di tanam musim rendengan ini tidak mungkin terjadi kekeringan. Tetapi kalau tuhan berkehendak semua bisa terjadi,” tuturnya.
Maka dari itu, Fahrizal mengajak semua para petani untuk terus berusaha melakukan yang terbaik, berhasil atau tidak itu semua kehendak sang maha pencipta.(R)