Aceh Tamiang — Kantor Kementerian Agama Kabupaten Aceh Besar melalui Seksi Bimbingan Masyarakat (Bimas) Islam mengirimkan tim trauma healing Penyuluh Agama ke Desa Lubuk Sidup, Kecamatan Sekerak, Kabupaten Aceh Tamiang, Kamis–Jumat (25–26 Desember 2025).
Tim yang tergabung dalam Ikatan Penyuluh Agama Republik Indonesia (IPARI) dan Pokja Penyuluh Agama (Pokjaluh) Kota Jantho disambut antusias oleh anak-anak korban bencana banjir bandang, tokoh masyarakat setempat, termasuk Datuk Penghulu Ibrahim, pimpinan Dayah Al Qisra Tgk Akramul Fahmi, serta warga Desa Lubuk Sidup.
Desa Lubuk Sidup merupakan salah satu wilayah pedalaman Aceh Tamiang yang mengalami kerusakan parah akibat banjir bandang. Hampir seluruh rumah warga dilaporkan hanyut dan rusak berat, sehingga meninggalkan trauma mendalam, terutama bagi anak-anak.
Ketua IPARI Kemenag Aceh Besar, Hasanuddin, S.H., didampingi Ketua Pokjaluh H. Asnawi, Lc., mengatakan bahwa kunjungan tersebut merupakan yang kedua kalinya dilakukan pascabencana. Pada kunjungan kali ini, fokus kegiatan diarahkan pada trauma healing dan pendampingan psikososial bagi anak-anak.
“Kegiatan ini melibatkan penyuluh agama serta Guru Ngaji Center di bawah asuhan Tgk. Mubasyirullah, Lc. Tujuannya membantu pemulihan mental dan spiritual anak-anak korban bencana,” ujar Hasanuddin.
Selain kegiatan pendampingan, tim juga menyalurkan berbagai bantuan penunjang pendidikan keagamaan, di antaranya kitab suci Al-Qur’an, buku Iqra, buku bacaan anak, perlengkapan mengaji, alat tulis, lampu tenaga surya, tikar, serta satu unit toren penampung air berkapasitas 3.000 liter untuk mendukung kegiatan pengajian dan pembinaan kerohanian.
Sementara itu, Kepala Seksi Bimas Islam Kemenag Aceh Besar, H. Khalid Wardana, menyampaikan bahwa kegiatan trauma healing dan pendampingan psikososial sangat penting dalam proses pemulihan pascabencana, khususnya bagi anak-anak.
“Trauma healing bertujuan memulihkan kesehatan mental anak-anak setelah mengalami peristiwa traumatis, mengurangi stres, membangun kembali rasa aman dan kepercayaan diri, serta mengembalikan fungsi sosial dan emosional mereka,” jelasnya.
Ia menambahkan, pendekatan yang dilakukan oleh penyuluh agama lebih menitikberatkan pada aspek kerohanian dan pembinaan mental. Diharapkan, aktivitas pembinaan anak-anak melalui lembaga Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ) dan pondok pesantren dapat kembali berjalan normal seperti sebelum bencana, sebagai bagian dari upaya membentuk generasi Qurani yang tangguh dan berakhlak.(*)












