Banda Aceh – Manager Program dan Kerjasama Pusat Kerohanian dan Moderasi Beragama (PKMB) UIN Ar-Raniry Banda Aceh, Rahmad Syah Putra mewakili UIN Ar-Raniry sekaligus Aceh dalam pertemuan ASEAN Business Advisory Council (BAC) dan ASEAN Indo Pasific Forum (AIPF) 2023 di KTT-ASEAN 2023. Kegiatan tersebut berlangsung dari tanggal 2–8 September 2023 di Jakarta.
Forum ini digelar bersamaan dengan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN ke-43 dan KTT Asia Timur yang dihadiri oleh Presiden Republik Indonesia Joko Widodo (Jokowi) dan para pemimpin negara-negara anggota ASEAN serta negara mitra.
Sejumlah rangkaian kegiatan ASEAN-BAC diantaranya ialah ASEAN Future Generation Business Forum, ASEAN Women CEO Forum, Climate Impact Innovations Challenge 2023 Grand Finale, ASEAN Investment Forum, dan Indonesia Sustainability Forum.
Forum tersebut berfungsi sebagai platform bagi sektor publik, BUMN dan swasta dari negara anggota ASEAN dan mitra eksternal ASEAN untuk terlibat dalam diskusi yang konstruktif, menghasilkan proyek konkret, dan meningkatkan kolaborasi di kawasan ASEAN dan Indo-Pasifik.
Adapun fokus pembahasan yang diangkat dalam kegiatan tersebut, di antaranya transformasi digital, pembangunan berkelanjutan, ketahanan kesehatan, ketahanan pangan, dan fasilitasi perdagangan dan investasi dengan menekankan pentingnya kemakmuran serta inovasi dalam membentuk visi bersama untuk masa depan ASEAN yang dituangkan dalam Visi ASEAN 2045.
Rahmad Syah Putra dalam keterangannya mengaku sangat bangga dan terhormat bisa berpartisipasi dalam kegiatan bergengsi tersebut, karena menjadi satu-satu delegasi yang mewakili provinsi Aceh.
Melalui pertemuan ini, Doktor bidang Pendidikan yang konsen pada bidang mutu pendidikan di Aceh ini berharap akan banyak gagasan yang di dapatkan untuk melakukan inovasi bagi kemajuan bagi Perguruan Tinggi guna melahirkan generasi unggul untuk 2045 mendatang.
Menurut pengamatannya, prospek bisnis pendidikan tinggi masih sangat menjanjikan di masa mendatang. Booming bisnis pendidikan tinggi takkan pernah mati selagi jumlah penduduk di Tanah Air terus meningkat, stigma bahwa hanya dengan pendidikan bisa mengubah status sosial semakin menguat, dan masyarakat tetap menganggap pendidikan sebagai kebutuhan utama dalam pengembangan keilmuan, kompetensi, dan keterampilan. Karena itu, Inovasi di bidang pendidikan sangat dibutuhkan guna merespon perkembangan di negara-negara ASEAN.
“Dulu kita menilai lembaga pendidikan bukan lembaga bisnis karena memiliki idealisme pengembangan ilmu dan manusia serta sosial, namun seiring perkembangan dan kemajuan, saat ini pendidikan bukan hanya sebatas itu, melainkan berkembang kepada bisnis jasa,” ungkap alumnus Departement of Anthopology, Faculty of Archaeology, Slipakorn University Thailand, Selasa (5/9) di Jakarta.
Kendati demikian, Rahmad menambahkan bahwa tantangan yang muncul adalah bagaimana lembaga pendidikan harus dikelola? Untuk itu sangat penting kepada Perguruan Tinggi bisa belajar dari lembaga bisnis sehingga bisa hadir secara kontekstual dan menjawab tantangan zaman.
Sebagai informasi, forum ini melibatkan pembicara dari ASEAN dan negara-negara mitra dialog, anggota komunitas bisnis terkemuka, tokoh berpengaruh, politisi, ilmuwan, dan socio-entrepreneur yang bertujuan untuk memfasilitasi dialog dan pertukaran gagasan di antara pemimpin generasi muda di kawasan ASEAN.
Acara ini mendorong inklusivitas dan kolaborasi, mencerminkan aspirasi kolektif untuk membangun kepemimpinan visioner dan membentuk pemimpin muda ASEAN yang tangguh.
Fokus utama forum ini adalah mengantisipasi tantangan dan peluang masa depan, serta menentukan arah yang harus diambil ASEAN. Dengan mempertemukan beragam pembicara dari berbagai sektor, termasuk bisnis, politik, sains, dan kewirausahaan sosial, acara ini mendorong pendekatan inklusif dan holistik dalam pembentukan masa depan ASEAN secara kolektif. (*)